INDAH PADA WAKTUNYA
Berumur
25 tahun ternyata menyenangkan juga, paling tidak lebih harus bertanggungjawab
dengan apa yang dilakukan dan lebih pandai-pandai di dalam memilih segala
sesuatunya, termasuk kemana langkah kaki ini akan diarahkan. Beberapa hari atau
bahkan minggu terakhir di bulan Februari ini saya disibukkan oleh beberapa hal
yang menyita perhatian saya. Entah itu mengenai urusan hati, urusan keluarga,
urusan pekerjaan atau urusan persahabatan yang sesungguhnya, membuat kepala
saya pecah. Tapi toh, syukur kepada Tuhan, saya masih ada saat ini. Saya masih
bisa bertahan sampai sekarang dan tidak masuk ke rumah sakit jiwa karena
dianggap, terlalu banyak memikirkan begitu banyak hal. Saya paham, di dalam
hidup ini memang harus: keep calm and go ahead!
Kejujuran
Sebagaimana
saya pernah ceritakan sebelumnya kalau memang kejujuran itu harus dihadapi
dengan kepahitan oleh beberapa orang tertentu. Saya berusaha untuk jujur dan
hal tersebut mungkin, ditanggapi secara berbeda oleh beberapa orang. Lantas,
saya harus apa? Menutupi kebenaran secara setengah-setengah? Jawabannya adalah tidak. Ketika
saya berusaha untuk jujur, maka saya harus siap dengan segala konsekuensinya.
Diceramahi oleh beberapa orang? Sudah pasti. Dihakimi massal? Oh ini terlebih
lagi. Sepertinya, setiap orang tidak siap dengan suatu kejujuran dan malah
menyerang balik kejujuran saya dengan pertanyaan atau amarah yang bertubi-tubi,
yang melukai perasaan atau hati saya, saya menjadi berpikir: apakah seharusnya
saya menjaga jarak dengan beberapa orang yang demikian?
Kenapa
saya harus peduli dengan perasaan mereka meskipun mereka jelas-jelas melukai
perasaan saya? Sayangnya, saya memang terlalu baik atau terlalu berdamai
dengan diri sendiri sehingga melepaskan segala amarah begitu saja. Saya
berusaha untuk berjalan biasa-biasa saja, meskipun beberapa kali tetap
memikirkan apa yang mereka katakan, tetapi akhirnya, saya membawanya di dalam
doa kepada Tuhan.
Saya
berusaha untuk jujur dengan Tuhan, jujur dengan diri sendiri, dan jujur dengan
orang lain, apapun konsekuensinya. Ketika saya tahu bahwa mungkin, penghakiman
dari orang sekitar adalah konsekuensinya, mau tidak mau, suka tidak suka, ya
harus saya terima dengan lapang dada.
Karir
Saya
sedang mencintai tempat kerja saya, tempat dimana Sang Khalik menempatkan saya
untuk menjadi berkat untuk banyak orang. Rasanya, memang tempat ini semacam
"comfort zone" saya, karir yang sebenarnya tidak pernah saya
bayangkan sebelumnya. Saya tidak pernah mengeluh tentang tempat kerja saya,
paling tidak, banyak hal menarik yang saya temui setiap harinya. Saya bersyukur
karena Sang Khalik menempatkan saya pertama kali di tempat ini dan memberikan
saya pengalaman kerja pertama kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar