NAMA : Anisa Fitri Wulansari ( 10211920 )
Dedi Pangaribuan ( 11211809 )
Rachmadini Febriando ( 15211702 )
PERLUNYA REALISME DALAM ETIKA BISNIS
I. PENDAHULUAN
Meskipun pendekatan konvesional dalam etika bisnis telah sukses dalam memijah sebuah industri dan mendorong kebijakan publik yang merugikan , tapi masih tersimpan kebingungan yang mendasar . Kurangnya realisme tentang bisnis atau etika , trend yang lazim dalam etika bisnis merusak perilaku etika yang benar dan kebebasan individu .
Trend
yang lazim dalam tika bisnis , yang di maksud di sini adalah pendekatan
konvesional yang terdiri dari rentang yang luas dari akademis dan doktrin yang
populer .
II. KEBINGUNGAN
YANG MENDASAR
a. Kegagalan
dalam membedakan antara “BISNIS” dan “PERUSAHAAN” etika bisnis yang konvesional
dan CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) menganggap bisnis dan perusahaan
adalah sama , padahal sebenarnya secara kategori berbeda . “PERUSAHAAN” –
“KORPURASI” merancang struktur organisasi tertentu yang mempunyai tujuan
tertentu yang di setujui oleh pemegang saham ; itu bukan lah bisnis .
Sebaliknya “BISNIS” merancang tujuan tertentu ; memaksimalkan value (nilai)
dari pemilik (owner) dalam jangka panjang dengan menjual barang dan jasa
.Tujuan definitif bisnis di peroleh tidak dari perusahaan tetapi kepemilikan
tunggal dan kemitraan . Para pendukung etika bisnis mengalamatkan mereka kepada
perusahaan dan menggunakan istilah CSR , mereka mengabaikan bisnis secara luas
. Sebaliknya , para pendukung SCR menganggap bahwa perusahaan harus di
bisniskan , mereka terus menerus menggambarkan persyaratan dari tata kelola
perusahaan dan tanggung jawab perusahaan .
b. Kegagalan
untuk mengenali peranan tujuan dalam pendekatan konvesional , tidak mengenal
dua kebenaran mendasar , yaitu :
-Bahwa hanya sebuah bisnis yang dapat
menjadi sebuah bisnis yang etis.
-Bahwa apa yang di sebut oleh sebuah
bisnis yang etnis tergantung pada tujuan bisnis .
III. PENOLAKAN
DOKTRIN STAKEHOLDER (DOKTRIN PEMANGKU
KEPENTINGAN)
Tujuan
bisnis selalu di kecualikan oleh dasar yang biasa dari etika bisnis yang
konvesional dan CSR = penemuan cacat dari doktrin stakeholder . Istilah
“STAKEHOLDER” terkait dengan 3 pandangan berbeda :
·
Yang 1 dan 2 adalah pandangan biasa
tidak mempunyai signifikasi moral tertentu.
·
Yang ke 3 sebagian besar tidak koheren
Dengan menggunakan stakeholder artinya mengenali bahwa orang lebih memberi perhatian dalam sebuah proses ketika mereka secara materiil terlibat dalam hasilnya . Definisi stakeholder dalam sebuah organisasi menurut R.Edward Freeman adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau di pengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi . Pencapaian adalah aktivitas dalam mengejar tujuan , tidak hanya sukses dalam melakukannya . Diadopsi dari Uni Eropa , definisi tersebut mengecualikan semua kriteria dari materialitas , kedekatan , dan legitimasi . Kritik terhadap stakeholder :
a. Doktrin
stakeholder bertentangan dengan bisnis
1. Doktrin
stakeholder mengindikasikan banyak tumpang tindih dan sering memicu konflik
kapasitas individu atau kelompok yang disebut sebagai stakeholder .
2. Dalam
Doktrin stakeholder tidak ada kriteria apa yang merupakan benefit stakeholder .
3. Tidak
ada petunjuk bagaimana mereka harus seimbang .
b. Doktrin
stakholder merusak akuntabilitas
c. Doktrin
stakeholder tidak tepat
d. Implikator
penting Doktrin stakeholder
IV. ETIKA
BISNIS KONVESIONAL KONTRA PRODUKTIF
a. Etika
bisnis yang konvesional tidak bertanggung jawab dan tidak etis
b. Etika
bisnis konvesional merusak hak asasi manusia
c. Hukum
yang tidak etis
d. Bahaya
ketentraman
V. ETIKA
BISNIS YANG REALISTIS
-
Jika sebuah organisasi tidak langsung
memaksimumkan value dari pemilik , itu bukanlah sebuah bisnis .
-
Jika tidak mengejar tujuan yang
memuaskan Distribute Justice dan Ordinary Dencency , itu bukanlah etika .
a. Etika
yang bagus adalah bisnis yang bagus
b. Tanggung
jawab sosial sebagai stakeholder
Pernyataan misi organisasi dan Retovika Politik mencerminkan etika bisnis yang konvesional kelihatan tidak merugikan , tetapi merefleksikan kebingungan dan doktrin yang berbahaya . Seperti bermahaman konvesional , etika bisnis dan CSR bukan hanya berbahaya untuk bisnis tapi juga keekstensian dan bisnis itu sendiri . Untuk memerangi pendekatan konvesional dalam etika bisnis dan CSR membutuhkan 2 fakta mendasar .
1. Hanya
sebuah bisnis yang dapat disebut bisnis yang etis
2. Untuk
menjadi sebuah bisnis yang etis , sebuah organisasi harus memaksimalkan nilai
dari pemilik dengan menghormati Distribute Justice dan Ordinary Decency .
Pentingnya mengatakan kebenaran yang mendasar ini , ketika krisis ekonomi telah di kaitkan kepada kegagalan pasar di bandingkan kebijakan pemerintah , bisnis secara aktive di serang . Kebebasan dan bisnis yang benar-benar etis di butuhkan dan pahit di terima dalam proteksi dari etika bisnis yang konvesional .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar