Cita – Cita Dalam Hidup
Sewaktu kecil, selalu ditanya apa cita-cita kalau sudah besar nanti?
Jawaban kebanyakan anak-anak jaman saya adalah
-Aku mau jadi dokter,
-Aku mau jadi guru,
- Jadi polisi,
- Tentara,
-Dll
Berbeda dengan anak-anak sekarang. Ketika ditanya mau jadi apa kalau sudah besar?
Jawabannya adalah
-Spiderman,
-Ultraman,
-Power rangers,
-Superman
-Dll
Atau tokoh jagoan yang sedang naik daun di tayangan televisi Indonesia. Lucu memang, tapi itulah imajinasi mereka.
Setiap manusia dilahirkan dengan cita-cita sekecil apapun, kalau kata teman saya cita-citanya standar banget, nggak muluk-muluk amat.
Nah terkadang untuk mengejar cita-cita itu sampai sekolah di tempat yang paling bagus dan bergengsi. Lalu setelah itu, dapatkah cita-cita itu didapatkannya?
Jawabannya iya dan tidak. Tergantung sebatas mana menilai kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup.
Kebanyakan orang menilai kesuksesan dari materi dan pekerjaan. Menganggap sukses adalah kaya dengan jabatan, bahkan ada yang cukup puas hidup di desa terpencil atau pulau nan jauh dimana dengan keluarga tercinta.
Banyak hal yang mempengaruhi sebuah cita-cita dan kesuksesan terutama dalam pekerjaan
1. Kesempatan datang tidak tepat waktu.
Ada sebuah tawaran pekerjaan/sekolah disaat dimana kita tidak siap menerimanya.
Misal kendala waktu yang terbatas,
sedang hamil atau tidak bisa meninggalkan hal lebih penting untuk dikorbankan dalam meraih cita-cita itu sendiri.
2. Status dan kondisi.
Bagi yang berstatus single atau belum menikah, tentu masih banyak peluang yang bisa diperoleh.
Misal untuk bekerja di bank, perusahaan penerbangan atau perusahaan tertentu yang memberi salah satu syarat standar yaitu lajang dari deretan syarat yang banyak.
Maka ambilah kesempatan itu ketika masih lajang dan jangan buru-buru menikah. Kalau sudah menikah tentulah satu kesempatan sudah tertutup.
Ibarat kalah sebelum berperang.
3. Faktor U atau umur.
Kejarlah semua peluang dan kesempatan ketika kalian masih muda.
Beberapa lowongan di media cetak selalu memberikan syarat umur maksimal.
Maka ketika masih kinyis-kinyis, ambilah kesempatan itu.
Baik untuk bekerja maupun sekolah.
Karena makin berumur maka kerja otak untuk merekam semua memori menjadi lamban dan terbatas.
4. Berani ambil resiko.
Nah ini yang terkadang paling sulit dilakukan.
Ketika kesempatan datang dan kita harus berani mengorbankan sesuatu yang penting.
Misal meninggalkan keluarga sementara waktu dan tinggal di tempat yang berjauhan dengan keluarga.
Salut kepada teman-teman yang berani mengambil jalan ini, bahkan banyak teman yang menitipkan anak-anaknya ke keluarga atau orang tua, sementara mereka tinggal di tempat yang berbeda pula.
Dan ternyata saya bukanlah orang yang berani mengambil resiko ini karena menganggap keluarga yang utama.
5. Tidak sesuai kemampuan.
Kemampuan setiap orang tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Kalau semua sama dan seragam, oh betapa monotonnya dunia ini. Kesempatan yang ditawarkan terkadang diluar kemampuan kita.
Penyesalan selalu datang terlambat dan sesal tiada arti. Ingat ungkapan seorang guru bahasa Indonesia sewaktu saya sekolah di SMP dulu.
Mengapa penyesalan selalu datang terlambat?
Kalau datangnya duluan bukan sesal namanya tapi kebodohan. Lalu, pernahkah kalian menyesali sesuatu dalam hidup?
Apapun itu, saya yakin pasti setiap insan mengalaminya.
Kalau ada yang bilang tidak pernah, berani taruhan pasti sedang berbohong.
Tidak baikkah menyesali sesuatu?
Sebagian orang akan mengatakan itu jelek atau bahasa gaulnya lebay, namun sebagian lagi akan mengatakan wajar, manusiawi dan lumrah.
Sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2011/09/19/apakah-cita-cita-dalam-hidup-anda-sudah-tercapai/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar